Thursday 12 November 2015

BERMAIN JIWA BAGIAN 3


DIALOG HIDUP DENGAN JIWA SEJATI



Berteman dengan Jiwa Sejati (JS)

Tulisan saya dalam hal ini adalah gambaran hubungan pribadi saya dengan Jiwa Sejati atau Tuhan. Kenapa saya lebih suka menggunakan istilah jiwa sejati karena keberadaan Jiwa Sejati dalam diri kita, arah pendekatan spiritualitas adalah ke dalam, kalau saya pakai sebutan Tuhan menurut saya konotasinya ada diluar diri kita. Ini adalah pengalaman pribadi saya yang saya bagikan ke anda, anda bisa belajar dari pengalaman saya atau tidak terserah anda. Pengalaman saya bukan pengalaman anda, anda sendirilah yang akhirnya menciptakan pengalaman anda.

Dalam proses berjalannya hidup, anda pasti membutuhkan teman. Dari banyak teman yang anda miliki mungkin hanya beberapa yang memang menjadi sahabat sejati anda. Kenapa saya lebih suka pendekatan berteman, karena untuk berteman anda tidak butuh aturan yang ribet. Kalau anda datang ke rumah teman, kadang anda tidak perlu membuat janji, anda bisa datang setiap saat walau sekedar untuk mampir. “ Udah datang kesini aja, ngga usah sungkan....kita kan teman!”, kalimat ini mungkin sering anda dengar dari teman anda. Ketika anda ada masalah atau kepentingan, anda cukup datang ke teman anda tanpa ada embel-embel apapun. Intensitas hubungan anda dalam berteman, kemudian level pengertian dan kepercayaan membawa anda ke fase persahabatan. Persahabatan tidak selalu berjalan mulus, tapi jarang sekali bisa terpisahkan. Ketika anda butuh uang dan meminjam ke sahabat anda, dia mengatakan’ “udah pake aja dulu...santai aja, kan kamu lagi butuh...”. Ketika anda bermasalah dengan sahabat anda dan pada saat tertentu bisa berdamai keluar kata kata, “udah lupain semua, aku juga udah ngerti kok....ngga perlu diperpanjang, kan kita sahabatan. Saya hanya ingin membawa anda pada kontemplasi sebuah persahabatan, kita bisa melihat kebebasan, saling percaya, saling menghargai, tidak menyimpan dendam, tak ada ketakutan dan rasa sungkan dan masih banyak lagi yang anda bisa dengan mudah anda bayangkan dan pahami sendiri.

Seperti itu gambaran hubungan saya dengan JS. Saya merasa intens dalam perjalanan hidup saya selama saya berdialog dengan JS. Mungkin kebetulan karena faktor perjalanan spiritual saya benar –benar alami tanpa bimbingan, jadi JS-lah yang menjadi teman dan pembimbing saya. Semua kejadian hingga saya mampu berdialog dengan JS juga tidak seketika terjadi. Pada tahap awal saya hanya menjumpai gambaran visual, kemudian baru menjadi gambaran peristiwa yang hidup seperti film. Selang beberapa lama kemudian, saya baru mulai bisa mendengar dan ketika mulai intens baru bisa muncul komunikasi dalam bentuk dialog.

Banyak yang bertanya kepada saya, “apakah tidak takut?” kemudian “bagaimana anda yakin kalau itu Tuhan?” Hahaha......itu  pertanyaan umum yang sering saya dengar. Bukan saya sok tahu dan menggurui anda, tetapi mungkin karena tidak banyak hal yang saya ketahui tentang apa itu guru sejati. Jadi saya jalani itu semua mengalir begitu saja, seandainya saya dalam posisi bertanya juga saat itu mungkin saya juga tidak akan mengalami itu semua. Akhirnya sekarang saya mungkin bisa menjawab pertanyaan itu secara lebih mendalam. Kenapa saya yakin dengan apa yang saya temui dalam dialog, karena saya terus menjaga kesadaran. Saya tetap menempatkan diri sebagai manusia pribadi yang hidup didunia. Ketika selesai dialog tidak serta merta kemudian saya ikuti begitu saja. Saya mencoba mengolah lebih dalam dengan akal pikir saya dengan sedikit mungkin memberi penilaian. Semua yang disampaikan adalah perwujudan kasih, jadi pasti arahnya bukan untuk pemuas ego saya. Kasih selalu berlawanan dengan ego. Bagaimana kok bisa? Apa saya sudah baik mengontrol ego? Ini pertanyaan yang sulit untuk saya jawab, jujur sulit sekali mengontrol ego, jadi pasti ada pergumulan batin di dalam proses mendalami tersebut. Sekarang mungkin saya sedikit ada gambaran dari pengalaman saya tersebut, apa itu? Niat bersih.....Ini berhubungan dengan pendekatan persahabatan tadi. Dalam mengolah spiritualitas harus kembali pada niat bersih. Semua yang kita niatkan akan kembali ke kita sendiri, bukan saya menakut-nakuti tetapi memang semua harus dijalani dengan jatuh bangun. Jatuh kemudian bangun, jatuh lagi dan bangun lagi, artinya ada tekad dalam kesadaran untuk selalu mengoreksi diri. Kalau anda mendalami spiritualitas dengan kepentingan tertentu pasti akan ada banyak cobaan Anda ingin sakti ketika belajar spiritualitas maka anda akan dicobai masalah yang berhubungan dengan kesaktian. Ketika anda datang dengan niat bersih, anda justru akan diberi pemahaman, dan lewat pemahaman tadi, apa yang tidak anda minta justru diberikan. Tuhan memberikan segala sesuatu pada saatnya dan menyesuaikan dengan kemampuan anda, Tidak semua yang anda minta kemudian terkabulkan.....Tuhan tidak mengurusi anda seorang diri bro!  Tuhan udah mengatur itu semua sempurna, tinggal anda ikut aturan yang sempurna tadi maka anda akan mendapatkan apa yang sebetulnya memang anda cari dalam hidup.

Hal yang selalu saya pegang teguh adalah bahwa saya tidak memiliki apapun didunia ini....haha ini bahasa lebaynya. Betul sebagai manusia biasa saya pasti ingin memiliki sesuatu, tapi ketika berhadapan dengan Tuhan, saya tidak membutuhkan apapun, hanya sekedar niat dan melepaskan segala pengetahuan yang saya punya. Saya hanya menempatkan diri sebagai anak kecil yang polos, datang begitu saja dan menerima segala kehendak-Nya. Intinya saya datang pada Sang Sumber akan segala hal dan untuk itu semua saya kembalikan pada sumber asalnya, tidak pada ilmu pengetahuan yang saya miliki, tidak pada agama atau kepercayaan yang saya anut, tidak pada akal pikir saya yang sangat terbatas.


Terkoneksi dengan Jiwa Sejati

Dalam kehidupan kita, komunikasi adalah hal yang rutin kita lakukan. Sejak dari kita lahir, kemampuan ini sudah disertakan kepada kita. Semenjak dari bayi lahir ke dunia, sudah melakukan bentuk komunikasi sederhana dengan lingkungannya. Bahasa yang muncul dari kesadaran yang paling mendasar, bahasa dari gerakan naluriah  tubuh dan raut muka sebagai bentuk ekspresi. Ungkapan naluriah tadi muncul dan bisa dipahami oleh seorang ibu meskipun hanya dalam bentuk yang sangat sederhana sekalipun. Bahkan ketika dalam perut, sang ibu pun menangkap kondisi emosi sang bayi meskipun tidak dalam kondisi bertatap muka.
Komunikasi bisa didefinisikan sebagai proses penyampaian informasi dari satu ke pihak lain dengan menggunakan bahasa verbal maupun non verbal yang bisa dipahami kedua belah pihak yang terlibat. Ketika kita membutuhkan Tuhan maka kita juga perlu berkomunikasi dengan-Nya. Sekali lagi pada posisi kita memang membutuhkan-Nya maka kita bisa merasakan adanya hubungan itu. Ketika hubungan itu terasa maka sebetulnya proses komunikasi awal sudah mulai terjalin. Saya disini mencoba menggambarkan proses pertemuan saya dengan Tuhan dan tahap tahap yang mengantarkan saya dalam kondisi komunikasi penuh 2 arah. Logika sederhana saya bayangkan untuk memulai komunikasi kita memang membutuhkan lawan bicara, bisa pihak yang tidak kita kenal sama sekali hingga pihak yang memang kita sangat kenal. Materi pembicaraan berhubungan erat dengan seberapa kita kenal lawan bicara kita.


Menjalin Koneksi dengan Keintiman

Komunikasi adalah satu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan bahasa verbal atau non verbal yang bisa dimengerti pleh para pihak yang terlibat dalamnya. Salah satu cara yang paling umum cara kita berkomunikasi dengan Tuhan adalah dengan berdoa. Ketika berdoa kita mengucapkan sesuatu yang ditujukan kepada Tuhan yang kita sadari ada diluar kita. Ada juga yang mewujudkan rasa atau mengungkapkan isi hati kepada Tuhan dengan ritual tertentu yang merupakan manisfestasi komunikasi yang tidak verbal. Berbagai cara atau bentuk perwujudan/pengungkapan tadi hanya berbentuk komunikasi satu arah. Pertanyaan apakah memang bisa kita berkomunikasi dengan Tuhan layaknya kita berkomunikasi pada sesama manusia pada umumnya? Kendala utama kita berkomunikasi kita dengan Tuhan karena Tuhan tidak berwujud dan tidak kita tahu dimana keberadaan-Nya.
Sejak dari kita lahir, kemampuan berkomunikasi sudah disertakan kepada kita. Semenjak dari bayi lahir ke dunia, sudah melakukan bentuk komunikasi sederhana dengan lingkungannya. Bahasa yang muncul dari kesadaran yang paling mendasar, bahasa dari gerakan naluriah  tubuh dan raut muka sebagai bentuk ekspresi. Ungkapan naluriah tadi muncul dan bisa dipahami oleh seorang ibu meskipun hanya dalam bentuk yang sangat sederhana sekalipun. Bahkan ketika dalam perut, sang ibu pun menangkap kondisi emosi sang bayi meskipun tidak dalam kondisi bertatap muka. Dan tak jarang sang ibu pun berucap sesuatu apakah dalam hati atau lewat kata  kata, kemudian sang bayi seolah memberikan reaksi. Saya mencoba mengartikan hal ini adalah kondisi keintiman sang ibu dan bayi yang membuat komunikasi tadi menjadi terjalin. Wujud dan keberadaan menjadi bukan kendala utama selama ada kondisi keintiman yang terbangun. Keintiman tersebut susah diukur kecuali anda sendiri yang bisa merasakan. Kita harus benar terkoneksi dengan Tuhan dalam suasana yang intim agar benar benar bisa merasakan bentuk komunikasi tadi. Beberapa agama atau kepercayaan juga mempunyai symbol symbol tertentu sebagai perwujudan Tuhan, saya berpendapat terserah saja selama memang hal tersebut untuk membangun sebuah keintiman dalam berkomunikasi atau berhubungan dengan Tuhan. Terkadang kita bisa juga merasa dekat dengan Tuhan ketika kita melihat bentuk bentuk keindahan dari ciptaan-Nya, intinya bahwa kita harus bisa menciptakan suasana keintiman tadi , apakah dengan mewujudkan dalam symbol symbol atau menemukan suasana dari wujud ciptaan Tuhan atau dengan cara kreatif apapun saya yakin anda pasti tahu caranya. Keintiman adalah syarat utama untuk memulai suatu bentuk komunikasi atau dialog dengan Tuhan, ini yang saya anggap sebagai proses koneksi dengan sinyal Tuhan. Ketika anda berbicara dengan lawan bicara anda dan anda masuk ke dalam suasana pembicaraan maka anda terkoneksi dengan lawan bicara anda, saat lain ketika anda sedang berbicara dan lawan bicara anda pikirannya ke tempat lain maka pembicaraan tersebut juga tidak akan maksimal. Ada satu bentuk atensi dari proses komunikasi tadi yang menjaga anda selalu masuk dalam suasana komunikasi.


Jiwa Anak- Anak

Ketika saya mengingat kembali proses perjumpaan saya dengan Tuhan, hal tersebut terjadi ketika saya masih berusia muda, Seingat saya waktu itu tidak ada keinginan sama sekali bisa berjumpa, saya juga merasa bebas tidak terikat dengan aturan yang bermacam macam.  Setiap meditasi pada awalnya saya hanya menemukan ketenangan batin dan kenyamanan dalam prosesnya. Saat itu juga tidak tahu kalau bisa berjumpa jadi tidak ada rasa takut sama sekali.  Saya lebih seperti seorang anak anak sekedar melakukan hal tersebut begitu saja kemudian tidak pernah berpikir panjang tentang apapun  dan tidak dalam kondisi seperti disuruh atau diwajibkan dengan kondisi kondisi tertentu. Saya menikmati jalannya proses  tersebut apa adanya, Setelah pertemuan itu saya alami, saya merasa hanya penuh kegembiraan dan setiap saat kapan saja dan dimana saja seolah ingin bertemu dengan Tuhan. Anak anak selalu berpikir simple dan polos jadi pada setiap pertemuan keintiman itu selalu terjaga. Pikiran polos saya saat itu juga tidak membatasi diri saya, apakah saya pantas atau tidak pantas, hormat tidak hormat ketika bertemu Tuhan.


c. Perjumpaan Bersifat Pribadi


 Perjumpaan dengan Tuhan adalah suatu bentuk hubungan pribadi. Ketika kita bertemu Tuhan yang tidak berwujud maka apapun yang berlangsung saat itu hanya diri kitalah yang bisa memahami. Dan ketika memang saya bisa melihat dalam wujud atau ketika terjadi dialog maka semua itu hanya ada dalam ranah pribadi saya.  Kebetulan saya waktu itu juga tidak pernah berpikir itu adalah halusinasi atau delusi, semua saya jalani mengalir begitu saja. Saya tidak takut apakah yang  saya lihat itu benar pribadi Tuhan atau bukan, bagi saya yang penting saat itu adalah makna atau arti dari setiap perjumpaan ke diri saya sendiri. Saya sudah asyik dengan setiap kali pertemuan, anda bisa bayangkan ketika anda menjalin hubungan atau berpacaran dengan orang yang anda cintai  maka anda kadang lupa dengan keadaan seolah olah dunia hanya milik anda berdua. Karena hubungan anda dengan Tuhan adalah ranah pribadi maka apapun yang terjadi dalam proses berhubungan adalah hak anda sepenuhnya, tidak perlu ada pihak lain yang turut serta mencampuri hubungan itu sendiri. Anda juga perlu menjaga dalam batas mana ketika proses itu terjadi menjadi suatu hal yang mungkin bisa diketahui orang lain. Anda adalah manusia dewasa yang sudah punya control diri bahwa terkadang cara anda atau apapun fenomena dari setiap kejadian tidak bisa dengan begitu saja bisa dipercaya anda sendiri apalagi orang lain. Layaknya sebuah proses hubungan maka lambat laun kepercayaan antara anda dengan Tuhan akan semakin penuh kepercayaan. Hal yang lebih penting adalah arti pertemuan itu dalam hubungan social anda, apakah lebih mirip manusia seutuhnya atau sebaliknya. Ketika anda benar bertemu dengan sosok sang Pencipta maka tidak mungkin bahwa anda semakin jauh dari tujuan anda diciptakan.


d. Imajinasi bagian dari komunikasi

Imajinasi menjadi bagian penting dalam komunikasi dengan Tuhan.  Sifat tak terbatas Tuhan tidak bisa dijangkau dengan logika kita yang sangat terbatas. Imajinasi adalah bagian penting dari keberadaan manusia yang mempunyai karakter bebas dan tak terbatas. Ketika kita membatasi pikiran kita hanya sebatas akal saja maka koneksi dengan Dia yang tak terbatas menjadi tidak terjalin. Saya telah tuliskan di atas bahwa sifat kepribadian anak anak menjadikan kita lebih terkoneksi dengan Tuhan. Tuhan ada dalam imajinasi kita karena tidak berwujud dan ketika Dia hadir dalam imajinasi diri kita maka tanpa kita aturpun akan menyesuaikan dengan kapasitas diri kita. Pada saatnya nanti anda akan memahami apakah dalam proses anda berkomunikasi dengan Tuhan itu berupa usaha mengimajinasikan sendiri tentang sesuatu atau diri anda terimajinasikan oleh sesuatu. Seandainya Tuhan berkenan hadir pada diri manusia tentu lebih mudah menunjukkan kehadiran-Nya pada anak anak, karena dalam pikiran seorang anak tidak ada batasan bahwa segala hal bisa terjadi dan mungkin terjadi, berbeda halnya dengan orang yang sudah dewasa karena sudah pasti memandang pertemuan dengan Tuhan sudah pasti tidak mungkin.

e. Obyek Ciptaan

Ketika kita hendak berkomunikasi dengan Tuhan, kita sadari bahwa kita hanya sebuah obyek dari maha karya-Nya. Sebagai sosok pencipta maka lebih mudah bagi Tuhan untuk menemukan kita. Ketika anda sudah menciptakan suasana intim dalam berkomunikasi maka anda berarti menyiapkan diri untuk ditemukan oleh Tuhan. Anda bukan dalam posisi mencari keberadaan Tuhan, anda hanyalah salah satu wujud dari sebagian ciptaannya di semesta yang sangat tak terbatas. Sangat tidak mungkin anda bisa mencari kemudian bisa menemukan Tuhan. Anda hanyalah bagian yang hilang dan hanya butuh pasrah untuk ditemukan. Dalam kondisi ini hanya dibutuhkan kepasrahan total dan keihklasan, karena sudah pasti Tuhan tidak akan membiarkan anda hilang, anda hanya seperti orang menunggu di tepi jalan dan akan ada Tuhan yang menjemput anda. Seringkali kita terjebak dalam posisi aktif sebagai subyek pencari Tuhan. Tuhan tidak hilang dan tidak kemana-mana, tidak berada dimana mana, Ketika anda mencari ibarat anda tenggelam dalam lautan samudera yang sangat luas dan mencoba berenang kesana kemari atau justru tenggelam ke dasar lautan. Anda hanya perlu mengapung pasrah dan hanya mencoba memberikan sinyal pertolongan.

Bebas Belief’s System

Beliefs system atau system kepercayaan adalah suatu muatan yang tertanam dalam pikiran anda yang menyebabkan diri anda meyakini atau menganggap benar sesuatu .Sistem kepercayaan merupakan filter bagi otak anda yang menyebabkan anda melihat sesuatu menurut cara cara tertentu  sesuai dengan muatan yang sudah ada dalam pikiran anda sendiri.Banyak factor yang membentuk system kepercayaan, hal yang paling penting adalah lingkungan keluarga seperti orang tua dan awal masa kecil/masa pertumbuhan/sekolah.
Semenjak lahir manusia telah dibekali kemampuan belajar untuk meniru atau mencontoh apa yang terjadi disekitarnya. Semua kejadian dilingkungan hidup anda akan terekam otak lewat indra manusia, maka bagaimana anda bertumbuh sangat berhubungan dengan keadaan lingkungan sekitar anda. Oleh karena itu, sifat dan karakter manusia tidak jauh dari orang tua mereka masing masing. Anak anak adalah peniru yang sempurna dan bukanlah pendengar yang baik, seringkali orang tua lupa akan kebiasaan negative dan tanpa sadar terekam dalam memori, sekalipun proses penyampaian pendidikan sudah disampaikan secara optimal. Hal ini juga kendala bagi setiap orang untuk menempatkan diri dalam posisi yang netral untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Muatan muatan tadi menghalangi proses komunikasi anda dengan Tuhan karena hal tersebut telah tertanam dibawah sadar. Anda perlu mengamati diri anda sendiri supaya anda bisa jelas melihat halangan tadi.


Bahasa Jiwa

Syarat komunikasi bisa berjalan adalah keberadaan bahasa yang bisa dipahami pihak pihak yang terlibat dalam komunikasi. Ketika anda berkomunikasi dengan manusia maka anda bisa belajar berbagai bahasa yang dipahami manusia. Kemampuan anda berbahasa anda sangat tergantung dari penguasaan akan kosa kata. Lalu bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan Tuhan? Bahasa apa yang bisa kita gunakan? Anda harus berkomunikasi dengan Tuhan yang tidak berwujud, tentunya bagian dari diri kita yang tak berwujudlah yang dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Anda mungkin pernah mendengar istilah body, mind and soul. Secara singkat itulah bagian dari diri kita. Diri kita terdiri dari badan jasmani kemudian pikiran yang merupakan hasil kinerja otak . Dua bagian ini terkait kinerja karena sangat berdekatan. Kita mungkin lebih mudah mengidentifikasikan hal ini karena kita jelas mngenali badan wadag kita sedangkan otak juga kita sudah tahu semua keberadaannya. Selama kita hidup kita sadar dan tahu bahwa kita bisa berpikir, kita belajar segala sesuatu juga dari kinerja kelima indera kita yang ada di badan kita, semua hal yang ada diluar diri kita bisa kita tangkap lewat ke 5 indera kita tadi lalu dikirim ke otak untuk diproses dan kemudian otak memberikan perintah badan kita untuk merespon input yang telah dikirimkan oleh indera kita tadi. Lalu bagaimana dengan soul atau spirit atau jiwa. Ketika kita ingin mengenal spirit maka secara tidak langsung kita sedang belajar spiritual. Spirit atau jiwa  adalah bagian dari diri kita yang tak berwujud yang merupakan pemberian Tuhan. Jiwa ini inilah yang bisa mengenali siapa Tuhan, karena jiwa ini adalah bagian dari Tuhan yang di sertakan dalam memori otak kita. Jiwa inilah yang merupakan penghubung kita dengan Tuhan, karena berasal dari Tuhan maka jiwa mengenali dari mana dirinya berasal. Oleh karena itu saya menyebut bahasa kita supaya bisa berkomunikasi dengan Tuhan adalah bahasa jiwa, untuk bisa menguasai bahasa ini anda harus belajar mengenal apa itu jiwa. Jiwa bisa kenali dengan mencari kedalam diri kita sendiri dengan proses merasakan. Kita tahu bahwa selama kita hidup kita mengenali banyak rasa dalam diri kita. Rasa sedih, bahagia, takut, marah, iri hati, kasih dsb. Saya tidak bisa menjelaskan ini dengan kata kata, rasa tidak bisa diungkapkan dengan kata kata untuk itu hanya diri anda sendirilah yang harus sebanyak mungkin mengenali berbagai rasa ini atau biar lebih mudah saya sebut kosa rasa. Kosa rasa anda bisa anda kenali dengan mudah tetapi lebih dari itu untuk menguasai rasa anda harus paham akan segala proses terjadinya berbagai macam rasa itu.

Berdialog dengan Jiwa Sejati

Berikut saya coba bagikan sedikit dari pengalaman saya berdialog dengan Jiwa Sejati seperti yang saya janjikan di halaman depan. Banyak pengalaman dialog di awal-awal saya bisa bertemu dengan jiwa sejati, tetapi kejadian ini hampir 24 tahun yang lalu jadi Cuma beberapa saja yang masih nyantol di kepala saya. Banyak orang berpikir bahwa hanya orang suci saja yang bisa berjumpa dengan-Nya, saya pun juga berpikir demikian, hingga hampir 24 tahun lebih pengalaman ini coba saya simpan dan lupakan. Mungkin anda berpikir orang yang mengalami hal ini adalah orang yang sakti/sempurna/mumpuni, kalau tidak demikian pasti orang ini gila dan mengaku-aku bertemu atau melihat Tuhan. Bagi saya orang sakti gambarannya bukan seperti di film yang kita lihat, bukan seperti yang digambarkan dalam dongeng atau buku cerita seperti superhero atau pendekar...hahaha, kenapa semua orang membayangkan gambarannya seperti ini. Orang sakti bukan yang bisa tahu segala baik di alam nyata maupun gaib. Orang sakti juga bukan orang yang bisa melakukan sesuatu yang orang lain tidak bisa lakukan. Sesakti apapun orang pasti tunduk pada hukum alam, semua orang akhirnya mati juga, kalau ada orang yang tidak bisa mati....justru kasihan..hihi. Definisi tentang orang sakti adalah orang jauh dari maut maksudnya anda bisa terus sehat itu sudah sakti, orang sakti adalah orang yang doanya lebih cepat dikabulkan. Beberapa orang yang mengalami pencerahan spiritual mungkin setuju dengan pendapat saya, mereka bisa menjalani hidup dengan lebih bahagia, jauh dari cobaan dan penyakit, lebih sering beruntung tanpa tahu kenapa bisa begitu. Kalau ada orang mengatakan saya gila mungkin juga, tapi sampai saat ini saya masih suka berpakaian lengkap...hehe, saya juga tidak dalam kondisi dipasung, saya bertemu dan berkomunikasi dengan orang juga biasa saja. Jadi kalau saya kebetulan mendapatkan pengalaman seperti ini, juga tidak merubah kondisi saya sebagai manusia pada umumnya.

Saya kadang cuma merasa kenapa saya berbeda dengan orang pada umumnya, mungkin juga ada orang yang pengalaman spiritualnya mirip dengan saya tetapi hanya saja saya belum bertemu dengan orang-orang ini. Apa yang saya alami semua juga datang begitu saja, tidak pernah mencari ilmu-ilmu yang seperti itu, tidak juga berniat mengolah serius tentang hal-hal supranatural, semua mengalir begitu saja dalam ketidaktahuan saya. Sampai saya mencoba menuliskan pengalaman saya ini, saya masih bingung dengan ini semua, masih mencoba mengingat semua hal yang saya alami dan mencoba menjelaskan bagaimana bisa terjadi. Jadi kalau ada beberapa hal yang masih kurang mohon dimaklumi...hihi, saya masih gagap dengan dunia spiritual, masih banyak yang harus saya pelajari, tidak pernah terbayang dalam diri saya,spiritualitas itu apa, tidak begitu sering atau mungkin hampir bisa dikatakan amat jarang saya membaca buku-buku yang berkaitan dengan spiritualitas, filsafat dsb. Saya juga bukan orang yang sangat religius, cuma kategori sedang-sedang saja. Setelah saya renungi kembali kondisi ini, saya justru merasa beruntung karena tidak banyak tahu tentang hal-hal seperti ini, jadi tidak pernah banyak mikir atau kepikiran, cuma menjalani begitu saja.

Proses saya akhirnya bisa berdialog dengan JS juga tidak seketika. Saya akan coba lagi mengingatnya dan menyampaikannya, mungkin juga beberapa ada kemiripan dengan yang anda alami. Pada awal saya bermeditasi juga ada hal-hal yang umum kita sering alami, seperti badan bergoyang, kadang terasa ringan, beberapa titik ada yang seperti bergetar, seperti kesetrum kecil atau kadang seperti dihinggapi serangga atau digigit serangga. Saya juga tidak bisa melihat mahluk halus sekalipun juga sempat belajar, yang saya ingat sebelum bisa melihat, kadang hanya melihat sesuatu itu menjadi berpendar atau berkabut seperti melihat sekitar bola lampu. Lama kelamaan mulai bisa melihat dengan mata terbuka seperti wujud kabut putih tidak berbentuk, kemudian mulai berbentuk tapi masih dalam bentuk kabut/asap dan akhirnya ada seperti bayangan dari sosok bentuk sesuatu tapi juga tidak jelas apakah itu. Saat meditasi saya sudah berjalan sekian lama, mulai muncul fenomena melihat sesuatu yang visual tapi masih berbentuk gambar/foto yang acak tidak tahu hubungannya. Beberapa kali dalam meditasi mendengar suara suara aneh, kadang ada sesuatu yang melintas dan mengagetkan. Ketika udah mulai tenang dalam meditasi kemudian melihat berkas cahaya putih kecil, kadang satu kadang banyak. Kemudian seperti berjalan mengikuti cahaya putih kecil tersebut dalam lorong gelap. Perubahan mulai terjadi dalam meditasi saya setelah bertemu dengan sosok Yesus berbentuk bayangan setinggi matahari dalam meditasi rutin saya memandang langsung cahaya matahari, entah kenapa seketika saya berubah dari yang tadinya tidak bisa melihat mahluk halus menjadi begitu saja bisa melihat. Meditasi saya mulai masuk ke berbagai dimensi warna, yang terlihat mulai bermacam macam warna di sekitar saya. Mulai dari kondisi ini kalau saya tidak salah, badan saya terasa ringan dan seperti terangkat ke atas sangat cepat sekali. Kemudian mulai masuk seperti keluar angkasa yang gelap tapi penuh bintang-bintang. Kemudian berselang masuk ke pusaran lingkaran dan penuh warna (seperti gambaran yang ada di video youtube), keluar masuk ke berbagai alam lain yang penuh keindahan tapi hanya saya sendirian disitu, kemudian berulang masuk ke pusaran warna lagi dan muncul di alam yang indah lagi, demikian berulang-ulang. Saya juga mulai mendapat gambaran visual tentang Yesus tetapi masih seperti gambar atau foto. Hal yang masih saya ingat dalam satu kesempatan meditasi dari pengalaman seperti terbang keluar angkasa kemudian keluar masuk pusaran warna warni dan berbagai pemandangan alam yang indah, tanpa saya perkirakan saya masuk dalam kegelapan dan hampa tanpa terlihat sesuatu apapun tapi saya sadari tetap seperti terbang cepat sekali, kondisi ini berlangsung cukup lama sehingga saya sempat ketakutan karena tidak biasanya seperti ini kejadiannya. Saya sempat berkeinginan untuk menghentikan meditasi saya, karena takut dan mulai tidak tenang, dan baru saja timbul keinginan itu tiba-tiba diri saya seperti menabrak sesuatu dan seperti mengalami ledakan cahaya putih yang sangat terang sekali, kalau saya bandingkan dengan kebiasaan saya memandang matahari ini jauh berlipat kali silaunya, dan seperti berenang disamudera cahaya yang sangat terang tadi untuk beberapa saat. Nah....semua awal kemampuan saya berdialog mulai dari peristiwa ini.

Saya menjalani berbagai pengalaman tadi tidak mudah. Saya menjalaninya seorang diri tanpa bimbingan siapapun. Saya jatuh bangun berusaha mengalahkan ketakutan saya. Kadang justru menghentikan meditasi saya untuk beberapa hari untuk memantapkan hati. Berbagai penglihatan tentang berbagai mahluk halus juga terjadi begitu saja, di awal saya melihat dalam kondisi terjaga bukan tidur, masih bisa mengetahui posisi saya didalam ruangan kamar saya, ketakutan setengah mati.....hihihi sampai pipis dicelana/ngompol juga saya pernah alami. Lama-kelamaan juga mulai terbiasa dengan pengalaman semacam itu, jadi mulai agak berani menghadapi. Fase lain yang sangat membingungkan dan melelahkan adalah saya tidur dalam kesadaran. Setiap kali tidur entah badan ini seperti keluar dan melihat apa yang sedang terjadi diluar. Beberapa kali saya konfirmasikan dengan orang dilingkungan saya ketika saya seperti di tempat itu ketika tidur ternyata benar kejadiannya. Ketika bangun tidur serasa bingung apakah saya sudah tidur tadi. Hal ini berjalan lumayan lama. Itu tadi gambaran proses awal pengalaman saya hingga mulai bisa berdialog dengan Tuhan. Banyak hal lagi yang terjadi saat itu tapi mungkin karena sudah lama jadi terlupakan. Semua kondisi tersebut saya jalani saja walaupun jatuh bangun, tapi karena saya tidak tahu apa-apa, membuat saya tidak begitu perduli apa akibat/resikonya, mungkin lebih dikatakan nekad, tetapi karena tidak ada niat macam-macam, hanya  keinginan saya dekat dengan yang selama ini saya rindukan jadi semua berjalan lancar saja.

Ketika saya menyampaikan bahwa diri saya bisa berdialog dengan Tuhan, pasti pertanyaan yang muncul, “berarti udah ketemu Tuhan?”, lalu “wujud Tuhan seperti apa?” Pertanyaan ini bukan hanya dari anda, tapi diri saya pun juga bertanya hal yang sama. Karena dalam meditasi saya bertemu Yesus yang dalam agama saya sebagai Tuhan yang menjadi manusia, hal ini saya tanyakan langsung kepada-Nya, bagi saya kalau memang benar saya ketemu dengan Tuhan kenapa tidak saya tanyakan langsung. Jawaban yang saya terima saat itu adalah bahwa ada banyak cara bertemu dengan Tuhan, dan tiap agama punya pemggambaran tersendiri tentang sosok siapa Tuhan itu, bahkan mereka yang tidak menganut agama besar pun, juga punya gambaran tersendiri. Hal lain yang masih nyantol dikepala saya adalah ucapan, “bukankan kamu manusia tahu bahwa kamu adalah ciptaan yang sempurna. Kamu diberikan kelebihan akal dan budimu untuk mempelajari dan mengerti semua. Dan karena itulah kamu bisa menemui-Ku dengan banyak jalan. Waktu itu saya balik bertanya, “Jika memang Kamu adalah Tuhan dalam agamaku, maka aku bisa bertemu dengan-Mu karena aku menganut agamaku, lalu bagaimana dengan yang lain, yang bahkan tidak pernah tahu siapa diri-Mu? Berarti ini tidak adil....saya ungkapkan kata-kata ini, karena saya meyakini sesuai dengan agama yang saya anut, bahwa kalau Tuhan itu satu. Waktu itu saya hanya mendapat jawaban, “carilah maka Kamu akan mengerti!”. Saya pun memutuskan untuk menjauh dari pengertian Tuhan dalam agama saya, untuk membuktikan jawaban itu. Seperti inilah bentuk gambaran dialog saya, saya bertanya apa saja yang memang ingin saya tanyakan. Saya seperti anak kecil yang tidak memandang siapa saya dan siapa Dia yang saya hadapi. Mulai saat itu saya mencoba belajar pemahaman Tuhan dari agama lain dan juga aliran kepercayaan. Beberapa kali juga saya bisa bertemu dengan sosok-sosok lain dari beberapa agama bahkan dari aliran kepercayaan. Hal ini yang akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan, kenapa saya repot repot mencari kebenaran dari wujud yang satu dan toh akhirnya semua menuju ke satu tujuan yang sama. Manusia lebih suka mencari perbedaan dibandingkan berbicara dari satu kesamaan. Banyak yang ribut mengenai jalan mana yang benar, padahal semua tahu bahwa tujuannya sama. Pada waktu tertentu ketika saya bertemu dengan Tuhan, saya hanya menjumpai perwujudan cahaya yang sangat terang, bahkan untuk melihatpun saya tidak sanggup......jadi saya lebih nyaman kalau tidak melihat wujud-Nya. Hehehe...dasar manusia, pengen melihat setelah diijinkan melihat malah tidak jadi melihat. Kalau saya ketemu kenalan baru di Facebook dan kebetulan tidak memasang foto profile dan juga tidak bisa tahu seperti apa wajah kenalan baru tersebut, ternyata juga tetap bisa berkomunikasi satu sama lain. Tapi mungkin karena saya percaya bahwa orang itu adalah manusia jadi saya tidak meributkan..haha

Apa yang terjadi ketika saya berdialog dengan-Nya, tak jauh berbeda seperti saya bercakap-cakap dengan sesama manusia. Kadang pun juga hanya semacam komunikasi batin tanpa gambaran visual tetapi bisa menangkap isi pembicaraan. Hal-hal yang saya tanyakan pun tak jauh dari apa yang banyak orang bahas tentang manusia dan semesta ini. Saya bertanya tentang keberadaan semesta, penciptaan alam semesta, tentang kematian, tentang surga dan neraka, adakah bumi dan manusia lain di semesta ini, tentang kiamat dll. Sekarang saya baru bisa mengerti ketika Tuhan memberikan jawaban pasti disesuaikan dengan kemampuan akal dan pengetahuan kita. Banyak jawaban dan penjelasan dari pertanyaan saya itu, yang sekarang baru saya bisa mengerti. Situasi atau kondisi dan waktu juga mempengaruhi pemahaman saya akan berbagai jawaban tersebut. Seperti jawaban tentang asal muasal alam semesta, saya hanya mendapatkan gambaran visual proses terjadinya, tapi tidak mungkin bisa menjelaskannya...lha wong saya juga buta masalah teori fisika. Anehnya semenjak beberapa bulan ini saya mendalami spiritualitas akhinya menemukan beberapa bahan kajian tentang asal muasal semesta, nah...setelah membacanya saya baru tahu jawaban yang dulu saya peroleh. Tetapi sebanyak apapun teori pendekatan dari manusia, masih jauh dari gambaran yang pernah saya dapat dari meditasi saya. Selama ini saya tidak tahu tentang aliran new age, tidak pernah tahu cerita tentang lemurian dan atlantis, setelah kemarin sempat baca beberapa artikel, baru ingat rasanya saya pernah mendapatkan gambaran ini 20 tahun yang lalu. Barusan juga dapat info dari teman kalau ada semacam buku yang disebut urentia, yang berisi tentang segala hal mengenai semesta, saya penasaran dan coba cari di google, akhirnya nemu walaupun ringkasan. Beberapa hal yang tertulis juga mengingatkan saya akan pengalaman meditasi yang dulu. Timbul rasa ingin tahu dari diri saya untuk mempelajari hal-hal tersebut, untuk menjawab rasa penasaran saya atas pengalaman meditasi saya dulu saya alami, tapi setelah berpikir ulang, saya urungkan niat saya tersebut. Saya merasa kalau saya turuti keingintahuan saya tersebut justru akan membawa saya pada rasa penasaran yang tidak akan ada habisnya....hihi, akhirnya buang-buang waktu saja. Polanya saya sudah mengerti, tanpa mencari pun kalau sudah saatnya saya akan menemukan jawaban, jadi mengalir saja.

Saya hanya ingin fokus pada apa yang bisa saya lakukan dengan kemampuan yang telah diberikan pada saya. Menjalani peran saya dalam hidup dan syukur bisa bagi-bagi pengalaman. Hakikat dari pembelajaran tentang spiritualitas akhirnya adalah peran saya ketika sudah menemukan jati diri dan berbagi kepada siapapun juga. Saya dulu tidak mengerti kenapa saya diberikan kemampuan meditasi tersebut di usia yang masih muda, seingat saya dulu ada semacam kehendak dari Tuhan untuk menyampaikan apa yang saya peroleh dari hasil meditasi saya. Baru 20 tahun kemudian saya bisa pahami, bahwa apapun juga yang kita miliki, ilmu pengetahuan dan ilmu agama pun akhirnya harus kita letakkan semua. Segala hal yang kita tahu dan yakini akhinya melekat kuat dalam diri kita, tak ada yang bisa menjawab semua pertanyaan hidup dalam diri kita, selain kita hanya kembali melepaskan dan bersandar pada Dia yang ada dalam diri kita (Jiwa Sejati). Semua akhirnya harus mengalir dan berproses tiada henti, ketika saya mempertahankan pengetahuan dan keyakinan yang saya punya, saya tidak bisa menjawab apa-apa, ketika saya selalu melepaskan itu, membiarkan diri saya kembali kosong maka saya akan selalu diberikan pemahaman-pemahaman baru yang tak berkesudahan. Setiap hari saya terbangun dari tidur dan kembali tidur lagi. Setiap hari saya makan dan setiap hari saya juga membuang makanan yang telah diproses dalam perut saya. Artinya saya hanya menjalani proses itu dan mengambil manfaat dan berbagi manfaat dari proses itu. Apa jadinya jika kita makan dan tidak BAB? pasti kita sakit perut. Kita menjadi sakit atau menderita karena kita tidak patuh pada suatu sistem yang sudah berjalan, kita lebih suka melakukan segala hal hanya untuk kepuasan semata, akhirnya tidak selaras/alamiah dan menderita sendiri.

1 comment:

Lukas said...

Pengetahuan yg luar bisa , Terimakasih.

 
;